Penipuan Berkedok Uang IDR
Deden Gunawan - detikNew
kasus penipuan yang berkedok mata uang IDR. Hanya saja kasus penipuan ini banyak yang diberitakan media sebagai kasus upal.
Sumber tersebut mencontohkan, kasus dollar hitam.� Para pelaku umumnya WNA dari Afrika. Adapun modusnya dengan menawarkan kepada korban tumpukan kertas sewarna dengan dollar, yang harus diproses secara kimia, dengan cairan khusus.
Korban menjadi tertarik, karena hasil proses kimia tersebut menghasilkan uang dollar pecahan 100 dollar, dan bisa dibelanjakan atau ditukar di money changer. Namun ketika korban sudah membeli peralatan tersebut dengan jumlah dana yang besar, korban ternyata hanya mendapat tumpukan kertas dan beberapa dollar palsu. "Namun di media diberitakan sebagai kasus upal dengan jumlah miliaran," jelas sumber tersebut.
Ada juga kasus penipuan dengan pola penukaran seperti dalam transaksi upal, yakni 1 banding 2. Padahal upal yang ditransaksikan hanya beberapa lembar pecahan Rp 100.000 yang diletakkan di atas gepokan kertas-kertas putih. Menurut sumber tersebut, penipuan-penipuan semacam ini yang justru sedang marak.
Tapi diakuinya, umumnya para korban jarang yang mau melapor ke polisi. Karena mereka umumnya orang kaya atau pejabat pusat maupunh daerah. "Mereka malu telah tertipu. Pingin dapat uang banyak malah kecele," jelas sumber yang mengaku telah memantau aksi penipuan semacam ini sejak tahun 1990-an.
Dalam kasus seperti ini, para komplotan penipu biasannya menyebut-nyebutnya sebagai IDR. Tapi bukan yang berarti Indonesia Rupiah. Melainkan IDR dengan singkatan tertentu. Ada beberapa versi singkatan IDR, selain singkatan rupiah.
Versi pertama adalah� Investment Dynasty Reserve. Artinya,� uang rupiah atau harta peninggalan dari simpanan raja raja zaman dahulu. Uang simpanan tersebut konon sebagai dana cadangan rakyat lndonesia untuk memenuhi kebutuhan pangan dan perdamaian dunia. IDR tersebut disebut-sebut disimpan di bank Swiss, dan hanya boleh diambil oleh ahli warisnya.
Versi kedua, IDR ini juga singkatan dari Invest Deposit Realization, yaitu semua harta kekayaan yang tersimpan di luar negara swiss, seperti dalam bunker atau tempat lainnya. Sama dengan yang pertama, untuk mencairkannya harus oleh ahli waris atau orang yang ditunjuk yang didukung oleh bukti dokumen resmi, yang seolah-olah diterbitkan oleh pemerintah.
Versi uang IDR lainnya, adalah uang merah atau uang polymer pecahan Rp 100.000� yang diterbitkan tahun 1999. Uang merah jenis ini kabarnya� mencapai triliunan rupiah. Uang itu belum bisa beredar karena belum diregister oleh Bank lndonesia.
Nah versi yang terakhir inilah yang sejak tahun 2000, sering dilakukan para penipu. Mereka berupaya meyakinkan calon korban bahwa mereka memiliki uang IDR asli� yang belum edar. Biasanya, para pelaku mengatakan, uang IDR itu tersimpan di peti khusus dari almunium, dan setiap gepokan uang IDR sejumlah 10 jutaan, tersusun dalam jumlah 100 jutaan, serta dibungkus plastik yang berlogo kanguru.
Pelaku kemudian meyakinkan bahwa uang itu adalah asli dari percetakan di Australia, yang belum sempat diedarkan. Untuk lebih meyakinkan lagi, pelaku juga� mengaku bahwa uang tersebut adalah milik para pejabat di era presiden Suharto, dimana uang tersebut belum diedarkan karena belum ada perintah dari Pak Harto.
Uang pecahan Rp 100.000 ribu polymer (plastik) memang dicetak di Australia dan Thailand. Tetapi karena mutu cetakan uang yang berasal dari Thailand kurang bagus, maka uang yang berseri AAA itu kemudian ditarik dari peredaran. Jadi uang polymer pecahan Rp 100.000 yang saat ini masih beredar adalah hasil cetakan Australia.
Untuk meyakinkan calon korban, pelaku sengaja memilih� lokasi yang strategis untuk pertemuan. Misalnya di depan rumah mantan penguasa orde baru Soeharto, gedung bundar Kejaksaan Agung, bank swasta atau bank pemerintah, tempat parkir gedung pemerintahan, serta hotel berbintang.
Para pelaku biasanya berjumlah 3 - 5 orang dan masing masing pelaku punya peran yang berbeda. Ada yang mengaku ajudan Jenderal, PNS, atau utusan pejabat lainnya.
Dalam pertemuan itu korban diminta untuk membawa uang pengganti yang nilainya ratusan bahkan miliaran rupiah. Para pelaku beralasan, uang itu sebagai pembuka sistem di perbankan untuk mengeluarkan uang jumlahnya mencapai triliunan rupiah.
Namun, setelah korban bertemu dengan pelaku,� tiba-tiba pelaku mengubah tempat atau bank yang ditunjuk sebelumnya. Dengan lihainya pelaku masuk ke bank dan tak lama kemudian muncul pelaku lainnya sambil membawa peti yang diakuinya berisi uang IDR.
Pelaku umumnya tidak sempat membuka peti itu di hadapan pelaku karena ditakut-takuti bakal tertangkap polisi bila ketahuan. Kata pelaku, sekalipun uang itu asli, namun belum resmi untuk beredar. Akhirnya korban bergegas meninggalkan lokasi pengambilan uang dengan membawa peti berisi kertas yang menyerupai uang pecahan 100 ribuan polymer.
Diakui sumber tersebut, penipuan model ini yang diperkirakan marak menjelang pemilu. Dan yang jadi korban adalah orang-orang partai atau caleg yang butuh uang dalam jumlah besar. Mereka akan menjadi incaran para penipu uang IDR.
Deden Gunawan - detikNew
kasus penipuan yang berkedok mata uang IDR. Hanya saja kasus penipuan ini banyak yang diberitakan media sebagai kasus upal.
Sumber tersebut mencontohkan, kasus dollar hitam.� Para pelaku umumnya WNA dari Afrika. Adapun modusnya dengan menawarkan kepada korban tumpukan kertas sewarna dengan dollar, yang harus diproses secara kimia, dengan cairan khusus.
Korban menjadi tertarik, karena hasil proses kimia tersebut menghasilkan uang dollar pecahan 100 dollar, dan bisa dibelanjakan atau ditukar di money changer. Namun ketika korban sudah membeli peralatan tersebut dengan jumlah dana yang besar, korban ternyata hanya mendapat tumpukan kertas dan beberapa dollar palsu. "Namun di media diberitakan sebagai kasus upal dengan jumlah miliaran," jelas sumber tersebut.
Ada juga kasus penipuan dengan pola penukaran seperti dalam transaksi upal, yakni 1 banding 2. Padahal upal yang ditransaksikan hanya beberapa lembar pecahan Rp 100.000 yang diletakkan di atas gepokan kertas-kertas putih. Menurut sumber tersebut, penipuan-penipuan semacam ini yang justru sedang marak.
Tapi diakuinya, umumnya para korban jarang yang mau melapor ke polisi. Karena mereka umumnya orang kaya atau pejabat pusat maupunh daerah. "Mereka malu telah tertipu. Pingin dapat uang banyak malah kecele," jelas sumber yang mengaku telah memantau aksi penipuan semacam ini sejak tahun 1990-an.
Dalam kasus seperti ini, para komplotan penipu biasannya menyebut-nyebutnya sebagai IDR. Tapi bukan yang berarti Indonesia Rupiah. Melainkan IDR dengan singkatan tertentu. Ada beberapa versi singkatan IDR, selain singkatan rupiah.
Versi pertama adalah� Investment Dynasty Reserve. Artinya,� uang rupiah atau harta peninggalan dari simpanan raja raja zaman dahulu. Uang simpanan tersebut konon sebagai dana cadangan rakyat lndonesia untuk memenuhi kebutuhan pangan dan perdamaian dunia. IDR tersebut disebut-sebut disimpan di bank Swiss, dan hanya boleh diambil oleh ahli warisnya.
Versi kedua, IDR ini juga singkatan dari Invest Deposit Realization, yaitu semua harta kekayaan yang tersimpan di luar negara swiss, seperti dalam bunker atau tempat lainnya. Sama dengan yang pertama, untuk mencairkannya harus oleh ahli waris atau orang yang ditunjuk yang didukung oleh bukti dokumen resmi, yang seolah-olah diterbitkan oleh pemerintah.
Versi uang IDR lainnya, adalah uang merah atau uang polymer pecahan Rp 100.000� yang diterbitkan tahun 1999. Uang merah jenis ini kabarnya� mencapai triliunan rupiah. Uang itu belum bisa beredar karena belum diregister oleh Bank lndonesia.
Nah versi yang terakhir inilah yang sejak tahun 2000, sering dilakukan para penipu. Mereka berupaya meyakinkan calon korban bahwa mereka memiliki uang IDR asli� yang belum edar. Biasanya, para pelaku mengatakan, uang IDR itu tersimpan di peti khusus dari almunium, dan setiap gepokan uang IDR sejumlah 10 jutaan, tersusun dalam jumlah 100 jutaan, serta dibungkus plastik yang berlogo kanguru.
Pelaku kemudian meyakinkan bahwa uang itu adalah asli dari percetakan di Australia, yang belum sempat diedarkan. Untuk lebih meyakinkan lagi, pelaku juga� mengaku bahwa uang tersebut adalah milik para pejabat di era presiden Suharto, dimana uang tersebut belum diedarkan karena belum ada perintah dari Pak Harto.
Uang pecahan Rp 100.000 ribu polymer (plastik) memang dicetak di Australia dan Thailand. Tetapi karena mutu cetakan uang yang berasal dari Thailand kurang bagus, maka uang yang berseri AAA itu kemudian ditarik dari peredaran. Jadi uang polymer pecahan Rp 100.000 yang saat ini masih beredar adalah hasil cetakan Australia.
Untuk meyakinkan calon korban, pelaku sengaja memilih� lokasi yang strategis untuk pertemuan. Misalnya di depan rumah mantan penguasa orde baru Soeharto, gedung bundar Kejaksaan Agung, bank swasta atau bank pemerintah, tempat parkir gedung pemerintahan, serta hotel berbintang.
Para pelaku biasanya berjumlah 3 - 5 orang dan masing masing pelaku punya peran yang berbeda. Ada yang mengaku ajudan Jenderal, PNS, atau utusan pejabat lainnya.
Dalam pertemuan itu korban diminta untuk membawa uang pengganti yang nilainya ratusan bahkan miliaran rupiah. Para pelaku beralasan, uang itu sebagai pembuka sistem di perbankan untuk mengeluarkan uang jumlahnya mencapai triliunan rupiah.
Namun, setelah korban bertemu dengan pelaku,� tiba-tiba pelaku mengubah tempat atau bank yang ditunjuk sebelumnya. Dengan lihainya pelaku masuk ke bank dan tak lama kemudian muncul pelaku lainnya sambil membawa peti yang diakuinya berisi uang IDR.
Pelaku umumnya tidak sempat membuka peti itu di hadapan pelaku karena ditakut-takuti bakal tertangkap polisi bila ketahuan. Kata pelaku, sekalipun uang itu asli, namun belum resmi untuk beredar. Akhirnya korban bergegas meninggalkan lokasi pengambilan uang dengan membawa peti berisi kertas yang menyerupai uang pecahan 100 ribuan polymer.
Diakui sumber tersebut, penipuan model ini yang diperkirakan marak menjelang pemilu. Dan yang jadi korban adalah orang-orang partai atau caleg yang butuh uang dalam jumlah besar. Mereka akan menjadi incaran para penipu uang IDR.
hati2 akhir2 ini banyak penawaran masuk by email atau sms tentang uang merah. para penipu biasanya menjanjikan keuntungan 1:2
1x uang asli di tukar 2x uang merah ( alias palsu )
temen ane habis kena tipu muslihat ni komplotan
Jangan salah gan, modus penipuan uang palsu pun sekarang udah meraja rela di Mesin mesin ATM atau Anjungan Tunai Mesin, kemarin kalau gak salah di daerah mana gtu, ada nasbah salah satu BANK swasta kaget saat mendapatkan uangnya yg di tarik dari mesin atm itu palsu, kalau di lihat kasat mata itu 99% kaya asli, tapi pas di teliti lebih detail trnyta uang palsu, yg terlihat dari bahan kertas,warna dan cetakan tulisan dikertas kalau dilihat mendetail. . .. Kasus itu udah di tanganin pihak berwajib dan ternyata itu hasil, kerja orang2 yg biasa menyalurkan uang uang ke mesin ATM dengan cara menukar / merandom / meyelipkan uang asli dan palsu sebelum di masukan ke mesin ATM.
Ini kalau gak salah,salah satu kejahatanya jg : http://ekonomi.kompasiana.com/monete...tm-460259.html
Pengalaman ane pribadi juga ane pernah Narik Tunai 200rb d mesin atm swasta di bekasi dgn pecahan 50rb, waktu itu ane buat bayar chek up di rumah sakit, nah pas bayar di kasir dan di cek pake alat pndeteksi uang dia bilang, "Pak ada uang yg lain gak ?? ane bingung gan, loh kok mank kenapa pak ?? gak ini uanganya saya agak ragu. . y udah ane ambil lembar lain, Dan yg kedua dia bilang juga . . .pak Ini juga. . terus ane langsung cetusn Pak jangan main-main ya saya ini bayar pake uang asli dan saya baru ambil dari ATM, knp bapak tolak terus.. .Dia langsung bilang, "Y sudah kalau bpak tidak punya uang silahkan bapak minggir dlu kasihan orang yg mau ngatri bayar, dgn kesel ane kasih kartu ATM ane, Saya bayar pake debit aja. . .y udh stelah itu ane langsung pulang dan ngcek tuh uang, , ,trnyta scara kasat mata gk kliatan gan, tpi kalau d rasain emang ada yg aneh am tuh kertas tapi untungya cm 3 lembar gan yg satunya asli krn ane cek n pegang jg beda. . .
Nah tu duidnya ane buang gan ane bakar krn dsruh kelurga ane. . .jangan nyari penyakit untk orng lain megang duid palsu .
Nah dari situ tuh gan ane mulai waspada jg setiap ambil di ATM mending ke Banknya langsung gan, kn tiap bank KCP biasanya ada mesinya. . .
sumber | produkkecantikanss.blogspot.com | http://www.kaskus.co.id/thread/50e94026582acf3461000010
No comments:
Post a Comment